Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Makalah Sindrom Angelman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1965, dr. Harry Angelman, seorang dokter Inggris, pertama kali menjelaskan tentang tiga orang anak dengan karakteristik yang sekarang dikenal sebagai sindrom angelman (AS). Yang memiliki gejala kaku, cara berjalan menyentak, tidak ada berbicara, tertawa berlebihan dan kejang. Kasus lainnya yang akhirnya diterbitkan tetapi kondisi itu dianggap sangat langka pada waktu itu, dan banyak dokter meragukan keberadaannya. Laporan pertama dari Amerika Utara muncul pada awal tahun 1980. dr. Angelman menghubungkan laporan berikutnya tentang  penemuan sindrom ini. Sindrom angelman di Amerika lebih dikenal dengan sebutan happy  puppet syndrome. Di Indonesia terdapat kasus anak yang mengalami sindrom angelman ini, hanya jarang sekali ditemukan, karena orang awam tidak begitu tahu bahwa itu adalah sindrom Angelman. Selain jarangnya laboratorium genetic, pasien yang didiagnosis juga jarang, sehingga  banyak yang tidak tahu. Sindrom angelman dial

Artikel "Batas Bahasa" yang mengantarkanku meraih juara 1 saat Diesnatalis FKIP Unlam

Batas Bahasa (Raudatur Ridha PLB’13) Apa itu bahasa ? Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Jadi, Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain dan juga merupakan alat untuk bergaul. Bahasa mencangkup semua cara berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, symbol, lambing, atau lukisan. Jika bahasa kita tidak luas maka serapan kita saat berkomunikasi dengan orang lain akan terbatas dikarenakan kita tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Di saar itulah kita bisa dikatakan memiliki batas dalam berbahasa. Lalu apa yang dapat ktia lakukan un